Koro [Jatuh Cinta]

Latifah Fawwaz
3 min readApr 12, 2018

--

Koro paling malas ikut kelas mata kuliah (tidak ada lagi) pilihan. Di kelas lain, Koro terbiasa hanya bertemu dengan paling banyak 15 orang yang itu lagi itu lagi. Tapi kali ini ia harus berbagi ruangan dengan 50an orang. Gila, kata Koro.

Bukan perihal jumlah orangnya, tapi dosen dan juga mata kuliahnya. Koro sangat meyakini satu-satunya alasan 50an makhluk hidup berkumpul di kelas sempit ini hanya demi segores tanda tangan di absen. Gila, kata Koro lagi.

Tapi hari itu beda. Lendu yang biasanya milih tidur di pojokan kelas, duduk di samping Koro yang mejanya tepat di samping pintu. Sudah pasti bagian paling belakang kelas. Cukup lama Koro tidak ketemu Lendu. Padahal Koro dan Lendu mengambil sks yang sama persis. Seringnya, Koro masuk, Lendu tidak. Begitu sebaliknya.

“Denger-denger ada yang dibawain bekal nih kemaren,” ledek Koro.

Lendu tersenyum kecut.

“Sweet banget, Du.”

“Anjing juga lu, Ro.”

Koro tertawa. “Kenapa sih?” tanyanya.

“Gue kan anak tongkrongan. Ya lu tau lah budaya di tongkrongan gimana, satu makan makan semua. Nah gue iderin dong itu bekel. Sialan. Abis itu berantem gue.”

Koro tertawa lagi. Kali ini sampai mengundang orang di sekelilingnya menoleh. Koro refleks menutup mulutnya dengan tangan.

“Gila, antagonis banget noh ekspresi cewek lu,” ujar Koro sambil menunjuk dengan dagunya seorang perempuan yang duduk di bangku barisan kedua tengah. Perempuan itu memang sempat menoleh ke arah Koro dan Lendu. Tapi langsung membuang wajah ketika pandangannya bertemu dengan Koro.

“Tenang aja. Gue udah negur dia. Semoga gak meledak kayak kemaren-kemaren.”

Meledak yang Lendu maksud ialah tragedi di mana ceweknya Lendu cemburu buta ke Koro pasca keduanya nongkrong sampai pagi. Ceweknya Lendu memang tidak mengintimidasi Koro secara langsung, tapi semua teman-teman ceweknya Lendu yang juga Koro kenal kerap membicarakannya. Mulanya Koro tidak ambil pusing sampai ceweknya Lendu bilang ke sahabat Koro bahwa tidak menyukai Koro dan Lendu sekelompok.

“Ya itu mungkin ada faktor etis sih,” ucap Koro.

Lendu menggeleng. “Apanya. Di titik kemaren itu, gue lagi butuh orang yang bisa gue ajak ngobrol, Ro. Dengan sikap dia yang seperti sekarang, mana bisa gue ceritain masalah gue? Mana ngerti dia.”

“Lu jahat sih, Du. Terus buat apa lu pacarin kalo pada akhirnya lu masih nyari orang lain buat curhat? Gue bakal sedih banget sih kalo jadi cewek lu kalo tau cowoknya suka ngeluh gini.”

Lendu menghembuskan napas yang terasa berat. “Sialan lu, Ro. Lu tau kondisinya kayak gimana, masih aja mojokin gue. Lu cuma pengen gue merasa bersalah kan?”

Koro tertawa lagi. “Ya lagian elu ngapain masih pacaran aja?”

“Anjing, lu tau jawabannya.”

Lagi-lagi Koro tertawa. “Lu malah nyakitin dia lebih lama loh.”

“Bodo amat, Kor.”

Koro terus tertawa.

“Lu tau catatan harian si boy gak sih?”

“Anjir, lu nonton gituan juga? Boy, sosok sesempurna malaikat yang Nabi aja kalah.”

“Nah, anjing kan. Cewek gue minta gue jadi kayak dia.”

Kali ini Koro tertawa lepas. Seisi kelas sudah menengok ke arahnya. Tapi emang dasar dosen cuma buang waktu, dia sama sekali gak peduli pada kegaduhan Koro.

“Eh elu rusuh amat,” bisik Lendu.

“Sorry…” Koro akhirnya berhenti tertawa. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Lendu yang kalau pakai baju terbalik saja cuek, eh disuruh seromantis Boy.

“Lu sekarang enak bisa ketawa. Tapi gue sumpahin lu kalau jatuh cinta bakal jadi kayak dia.”

Koro mengernyitkan dahi. “Kayak apa?”

“Kekanak-kanakan. Percaya sama gue, semua orang yang jatuh cinta akan berubah menjadi manja dan annoying. Awal-awalnya memang keliatannya manis, tapi kelamaan jadi diabetes. Bikin meninggal.”

Koro tertawa lagi dan lagi.

“Gue sumpahin, Kor. Tiap hal kecil, akan jadi masalah dan lu bakal berantem gak penting. Lu akan banyak menuntut cowok lu untuk berubah seperti yang lu suka. Lu akan mulai ngatur dia harus bagaimana, dan jangan bagaimana. Lu akan sok-sok ngambek kalo chat nggak dibalas cepat. Lu akan pura-pura nggak ada apa-apa padahal berharap dia lebih perhatian. Sampai di titik lu baru sadar kalau cinta lu mengekang. Dan si cowok akan berpikir selama ini dia telah membuang waktu.”

“Gila. Mana ada gue begitu? Lu ama gue aja mirip, Du. Suka seenaknya.”

“Percaya sama gue. Semua cewek akan memberi perhatian yang beringas ketika mereka jatuh cinta.”

Koro tidak lagi tertawa. Giliran Lendu yang tertawa sambil berlalu keluar kelas. Sekali lagi, dosen masih tak peduli mahasiswanya pergi begitu saja.

TAMAT

--

--

Latifah Fawwaz

Copywriter dengan latar anak sastra. Suka nonton film Indonesia.